Minggu, 29 November 2020

Korupsi? Tindakan Seperti Apakah Itu?

 A. Apa itu "Korupsi"?

    Dikutip dari Say No to Korupsi (2012) karya Juni Sjafrien Jahja, kata korupsi dari bahasa Latin corruptio atau corruptus yang berasal dari bahasa Latin yang lebih tua corrumpere. Istilah korupsi dalam bahasa Inggris corruption dan corrupt, dalam bahasa Perancis corruption dan dalam bahasa Belanda corruptie yang menjadi kata korupsi dalam bahasa Indonesia. Henry Campbell Black dalam Black's Law Dictionary menjabarkan korupsi adalah perbuatan yang dilakukan dengan maksud memberikan beberapa keuntungan yang bertentangan dengan tugas dan hak orang lain.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dijelaskan tentang pengertian istilah korup (kata sifat) dan korupsi (kata benda). Korup adalah buruk, rusak, busuk. Arti lain korup adalah suka memakai barang (uang) yang dipercayakan kepadanya; dapat disogok (memakai kekuasannya untuk kepentingan pribadi). Mengkorup adalah merusak, menyelewengkan (menggelapkan) barang (uang) milik perusahaan (negara) tempat kerjanya. Korupsi adalah penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan dan sebagainya) untuk keuntungan pribadi atau orang lain. Mengkorupsi adalah menyelewengkan atau menggelapkan (uang dan sebagainya).

B. Apa yang Menyebabkan Seseorang Melakukan Korupsi?

    Bagi sebagian orang, menjadi korup mungkin cara termudah atau memang satu-satunya cara untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Untuk menjelaskan perilaku korupsi, ada beberapa teori yang mengemukakan penyebab orang melakukan tindakan korupsi. Berikut teori yang paling umum:



  • Teori Triangle Fraud (Donald R. Cressey)
    Ada tiga penyebab mengapa orang korupsi yaitu adanya tekanan (pressure), kesempatan (opportunity) dan rasionalisasi (rationalization).
  • Teori GONE (Jack Bolonge)
    Faktor-faktor penyebab korupsi adalah keserakahan (greed), kesempatan (opportunity), kebutuhan (needs) dan pengungkapan (expose).
  • Teori CDMA (Robert Klitgard)
    Korupsi (corruption) terjadi karena faktor kekuasaan (directionary) dan monopoli (monopoly) yang tidak dibarengi dengan akuntabilitas (accountability).
  • Teori Willingness and Opportunity
    Menurut teori ini korupsi bisa terjadi bila ada kesempatan akibat kelemahan sistem atau kurangnya pengawasan dan keinginan yang didorong karena kebutuhan atau keserakahan.
  • Teori Cost Benefit Model
    Teori ini menyatakan bahwa korupsi terjadi jika manfaat korupsi yang didapat atau dirasakan lebih besar dari biaya atau risikonya.


C. Dampak dari Perbuatan Korupsi

    Berbagai penelitian maupun studi komprehensif soal dampak korupsi terhadap ekonomi dan juga masyarakat luas telah banyak dilakukan hingga saat ini. Hasilnya, korupsi jelas menimbulkan dampak negatif. 

    Di antara penyebab paling umum korupsi adalah lingkungan politik dan ekonomi, etika profesional dan moralitas, serta kebiasaan, adat istiadat, tradisi dan demografi. Korupsi menghambat pertumbuhan ekonomi dan memengaruhi operasi bisnis, lapangan kerja, dan investasi. Korupsi juga mengurangi pendapatan pajak dan efektivitas berbagai program bantuan keuangan. 

    Tingginya tingkat korupsi pada masyarakat luas berdampak pada menurunnya kepercayaan terhadap hukum dan supremasi hukum, pendidikan dan akibatnya kualitas hidup, seperti akses ke infrastruktur hingga perawatan kesehatan.

Dampak korupsi dapat dirasakan dalam berbagai bidang antara lain :

  • Dampak Ekonomi
  • Dampak Sosial dan Kemiskinan Masyarakat
  • Dampak Birokrasi Pemerintahan
  • Dampak Politik dan Demokrasi
  • Dampak terhadap Penegakan Hukum
  • Dampak terhadap Pertahanan dan Keamanan
  • Dampak Kerusakan Lingkungan
Meski studi tentang korupsi terus berjalan, namun belum ada solusi pasti dalam memberantas korupsi hingga saat ini.

Memahami Apa itu "Bullying"


A. Pengertian Bullying

    Bullying berasal dari kata bully, yang dalam kamus Oxford diartikan sebagai ‘seseorang yang terbiasa berusaha untuk menyakiti atau mengintimidasi mereka yang mereka anggap rentan’. Dapat diartikan juga sebagai perilaku intimidasi. Bullying biasanya didefinisikan sebagai perilaku berulang yang dimaksudkan untuk melukai seseorang baik secara emosional maupun fisik, bully sering ditujukan pada orang tertentu karena ras, agama, jenis kelamin, orientasi seksual, penampilan, hingga kondisi fisik seseorang.




B. Jenis-Jenis Bullying

Bullying memiliki beberapa jenis, dan berikut beberapa di antaranya :

    1. Bullying Secara Fisik

    Bullying atau penindasan secara fisik ini termasuk memukul, menendang, mencubit dan mendorong atau merusak properti. Bullying fisik ini menyebabkan kerusakan jangka pendek atau bahkan jangka panjang.

    2. Bullying Verbal

    Bullying secara verbal meliputi penghinaan, ejekan, intimidasi, ucapan homofobia atau rasis, serta pelecehan verbal. Meskipun intimidasi verbal dapat dimulai dengan tidak berbahaya, ini dapat meningkat ke level yang mulai memengaruhi target individu. Bahkan intimidasi ini dapat membuat korbannya menjadi depresi hingga berujung bunuh diri.

    3. Bullying Sosial

    Penindasan sosial, kadang-kadang disebut sebagai intimidasi terselubung, seringkali lebih sulit untuk dikenali dan dapat dilakukan di belakang orang yang diintimidasi. Ini dirancang untuk merusak reputasi sosial seseorang dan / atau menyebabkan penghinaan. Penindasan sosial ini meliputi : 

    - Berbohong dan menyebarkan rumor atau gosip 

    - Gerakan wajah atau fisik negatif, tampak mengancam atau menghina 

    - Bermain lelucon jahat untuk mempermalukan orang lain 

    - Mendorong orang lain untuk secara sosial mengecualikan seseorang 

    - Merusak reputasi sosial seseorang atau penerimaan sosial.

    4. Cyber-Bullying 
    
    Intimidasi cyber atau Cyber-Bullying merupakan perilaku intimidasi terbuka atau rahasia menggunakan teknologi digital. Ini termasuk perangkat keras seperti komputer dan smartphone, dan perangkat lunak seperti media sosial, situs web, dan platform online lainnya. Cyber-Bullying dapat terjadi kapan saja. Itu bisa di depan umum atau secara pribadi dan kadang-kadang hanya diketahui oleh target dan orang yang diintimidasi. Intimidasi cyber dapat mencakup :

    - Email atau posting, gambar, atau video yang kasar atau menyakitkan 

    - Sengaja mengecualikan orang lain secara online 

    - Gosip atau rumor buruk di media sosial 

    - Meniru orang lain secara online atau menggunakan login mereka

    - Doxing, mempublikasikan data personal orang lain 


C. Penyebab Bullying dari Sisi Korban 

    Penyebab bully dapat datang dari faktor korban maupun pelaku. Jika melihat dari sisi korban, berikut adalah beberapa faktor yang mungkin menyebabkan anak menjadi korban: 

    1. Penampilan fisik 

    Penyebab bullying pertama yang paling umum adalah akibat dari penampilan fisik. Ketika seorang anak memiliki penampilan fisik yang dianggap berbeda dengan anak lain pada umumnya, para bully dapat menjadikannya bahan untuk mengintimidasi anak tersebut. Penampilan fisik berbeda dapat meliputi kelebihan atau kekurangan berat badan, menggunakan kaca mata, menggunakan behel, menggunakan pakaian yang dianggap tidak keren seperti anak-anak lainnya. 

    2. Ras 

    Perbedaan ras juga sering kali menyebabkan seorang anak terkena bully. Hal ini umumnya terjadi ketika seorang anak dengan ras berbeda memasuki satu lingkungan dan dianggap sebagai minoritas. Beberapa survey dan penelitian juga telah menunjukkan bahwa bullying akibat ras yang berbeda memang cukup sering terjadi. 

    3. Orientasi seksual 

    Orientasi seksual seseorang berbeda-beda dan umumnya seorang anak baru menyadari orientasi seksual yang berbeda memasuki usia remaja. Bahkan di beberapa negara yang sudah tidak asing dengan isu LGBT, seseorang yang teridentifikasi sebagai lesbian, gay, dan transgneder sering kali mendapatkan perilaku bully. Hal ini yang membuat seseorang cenderung menyembunyikan orientasi seksualnya. 

    4. Terlihat lemah 

    Penyebab bullying lainnya adalah ketika seorang anak dianggap lebih lemah dan terlihat tidak suka melawan. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa bullying melibatkan ketidakseimbangan kekuatan antara pelaku dan juga korban. Pelaku tentunya merasa sebagai pihak yang lebih kuat dan dapat mendominasi korban yang lebih lemah. 

    5. Terlihat tidak mudah bergaul 

    Selain karena lemah, terlihat tidak mudah bergaul dan memiliki sedikit teman juga menjadi salah satu penyebab menjadi korban bullying. Individu yang terlihat tidak mudah bergaul dan memiliki sedikit teman juga dapat terlihat lebih lemah dan membuat bully berpikir dapat mendominasi mereka. Sekelompok bully juga berpotensi melakukan bully pada kelompok yang dianggap lebih lemah dari kelompok mereka. Meskipun karakteristik di atas dapat menjadi penyebab bullying, tapi tentu tidak semua anak dengan karakteristik tersebut menjadi korban bully. Kondisi tersebut hanyalah merupakan beberapa gambaran umum. 


D. Penyebab Bullying dari Sisi Pelaku 

    Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa anak yang memiliki salah satu kriteria yang dapat memicu bully tidak selalu menjadi korban. Hal ini disebabkan juga karena terdapat faktor penyebab juga dapat berasal dari sisi pelaku. Berikut adalah beberapa penyebab bully dari sisi pelaku: 

    1. Memiliki masalah pribadi 

    Salah satu pemicu seseorang menjadi bully adalah karena memiliki masalah pribadi yang membuatnya tidak berdaya di hidupnya sendiri. Pada anak-anak, penyebab seperti perkelahian berlebihan di rumah, perceraian orang tua, atau adanya anggota keluarga yang menjadi pecandu narkoba dan alkohol dapat memicu hal ini. Sedangkan pada orang dewasa, masalah dengan pasangan juga bisa menjadi salah satu pemicu munculnya perasaan tidak berdaya. Bullying baik verbal ataupun fisik yang dilakukan bertujuan untuk menunjukkan individu tersebut memiliki kekuatan. Sehingga rasa tidak berdaya tersebut dapat ditutupi. 

    2. Pernah menjadi korban bullying 

    Beberapa kasus menunjukkan bahwa pelaku sebenarnya juga merupakan korban. Contohnya seperti anak yang merasa di-bully oleh saudaranya di rumah, kemudian anak tersebut membalas dengan cara mem-bully temannya di sekolah yang ia anggap lebih lemah dari dirinya. Contoh lainnya adalah orang yang tertekan akibat bullying di kehidupan nyata dan menggunakan internet serta dunia maya untuk menunjukkan bahwa dirinya juga memiliki kekuatan dengan cara menyerang orang lain. 
    
    3. Rasa iri pada korban 

    Penyebab bullying selanjutnya adalah karena rasa iri pelaku pada korban. Rasa iri ini bisa muncul akibat korban memiliki hal yang sebenarnya sama istimewanya dengan sang pelaku. Pelaku mengintimidasi korban agar korban tidak akan lebih menonjol dari dirinya sendiri. Selain tidak ingin orang lain menonjol, seseorang juga mungkin melakukan bully untuk menutupi jati dirinya sendiri. Contohnya seperti anak pintar yang tidak ingin disebut ‘kutu buku’, sehingga ia lebih dulu menyebut temannya yang pintar sebagai kutu buku. 

    4. Kurangnya pemahaman 

    Kurangnya pemahaman dan empati juga dapat menimbulkan perilaku bullying. Ketika seorang anak melihat anak lain berbeda dalam hal seperti ras, agama, dan orientasi seksual, karena kurangnya pemahaman, maka mereka beranggapan bahwa perbedaan tersebut adalah hal yang salah. Mereka juga beranggapan bahwa menjadikan anak yang berbeda tersebut sebagai sasaran adalah hal yang benar. 

    5. Mencari perhatian 

    Terkadang pelaku tidak menyadari bahwa yang dilakukannya termasuk ke dalam penindasan, karena sebenarnya apa yang dilakukannya adalah mencari perhatian. Jenis yang satu ini paling mudah untuk diatasi. Caranya adalah dengan memberikannya perhatian yang positif sebelum pelaku mencari perhatian dalam dengan cara yang negatif. 

    6. Kesulitan mengendalikan 

    Emosi Anak yang kesulitan untuk mengatur emosi dapat berpotensi menjadi pelaku. Ketika seseorang merasa marah dan frustasi, perbuatan menyakiti dan mengintimidasi orang lain bisa saja dilakukan. Jika sulit untuk mengendalikan emosi, maka masalah kecil saja dapat membuat seseorang terprovokasi dan meluapkan emosinya secara berlebihan. 

    7. Berasal dari keluarga yang disfungsional 

    Tidak semua anak dari keluarga disfungsional akan menjadi pelaku bullying, namun hal ini kerap terjadi. Sebagian besar pelaku adalah anak yang merasa kurang kasih sayang dan keterbukaan dalam keluarganya. Mereka kemungkinan juga sering melihat orang tuanya bersikap agresif terhadap orang-orang di sekitarnya. 

    8. Merasa bahwa bullying menguntungkan 

    Pelaku bully akan tanpa sengaja bisa terus melanjutkan aksinya karena merasa perbuatannya menguntungkan. Hal ini bisa terjadi pada anak yang mendapatkan uang atau makanan dengan cara meminta secara paksa pada temannya. Contoh lain adalah ketika pelaku merasa popularitas dan perhatian dari setiap orang padanya naik berkat tindakannya tersebut. 

    9. Kurangnya empati 

    Penyebab selanjutnya adalah karena kurangnya rasa empati. Ketika melihat korban, pelakunya tidak merasa empati pada apa yang dirasakan korban, sebagian mungkin justru merasa senang ketika melihat orang lain rasa kesakitan. Semakin mendapatkan reaksi yang diinginkan, semakin pelaku bully senang melakukan aksinya.


E. Dampak dari Bullying


Berikut adalah beberapa efek samping yang dialami oleh korban bullying :

    - Ketakutan, stres, depresi, atau cemas 

    - Timbul pemikiran untuk bunuh diri atau melukai diri sendiri. 

    - Mengalami masalah di sekolah. 

    - Memiliki masalah suasana hati, tidur, nafsu makan, dan juga tingkat energi.


F. Cara Mengatasi Bullying

    Bullying merupakan masalah serius yang perlu diatasi karena dapat memberikan dampak jangka panjang baik untuk korban dan juga pelaku. Berikut adalah beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasinya: 

1. Ceritakan pada orang dewasa yang dapat dipercaya. Ceritakan pada orang tua maupun guru yang memiliki otoritas untuk menindaklanjutinya. 

2. Abaikan penindas dan jauhi. Seperti yang disebutkan sebelumnya, penindas akan merasa senang apabila mendapatkan reaksi seperti yang dia inginkan. 

3. Tingkatkan keberanian dan rasa percaya diri. Tunjukkan pada lingkungan sekitar bahwa Anda bukan orang yang lemah dan mudah untuk ditindas. 

4. Bicara pada pelaku. Tunjukkan bahwa apa yang dilakukan pelaku bukan hal yang baik dan bahkan berbahaya. 

5. Bantu teman yang menjadi korban. Jika menyaksikan perilaku bully, jangan diam saja dan cobalah untuk memberi dukungan pada korban.


Korupsi? Tindakan Seperti Apakah Itu?

 A. Apa itu "Korupsi"?      Dikutip dari Say No to Korupsi (2012) karya Juni Sjafrien Jahja, kata korupsi dari bahasa Latin corrup...